Selasa, 24 Juli 2012

jika kau mengerti

Entah kenapa semakin lama aku semakin takut... Entah kenapa rasa cemburu itu makin meracuniku.. Andai kau mengerti yang ku rasa...   Kemarin rasa itu hanya sepenggal... Kemarin aku mencoba tak peduli padamu.. Kemarin juga masih menganggap hadirmu hanya bayangan... Tapi semuanya membuatku tersiksa...   Huff.... Jika saja waktu itu aku boleh meminta, aku tak mau kenal denganmu.. Jika saja saat itu aku bisa memilih, aku tak ingin mengenal cintamu...Dan, Jika airmataku harus berlinang, aku tak rela jika hanya untuk menangisi kepergianmu..   Harusnya kau bisa merasakan hadirku.. Mestinya kau juga bisa berikan sepenuhnya sayangmu itu.. Aaahhh.... kau belum juga mengerti     Kenapa disaat sayang itu benar2 tumbuh, rintangan pun datang menghujam...? Kenapa ketika aku mulai merasa takut kehilangan, tembok pemisah itupun makin tinggi...? Masih juga kau tak mengerti....   Kalau masa lalumu adalah teman di masa depanmu, tinggalkan aku.. Kalau hadirku hanya sebagai benalu, lupakan aku...   Bencinya bila harus seperti ini lagi... Kaupun tak pernah cukup mengerti diriku... Sepertinya hanya kata "Sabar" yang selalu menemaniku..

maafkan

 mungkin terlalu banyak salahku yang telah kubuat kepadamu hingga untuk sekedar menatapku rasanya engkau tak mau ataukah terlalu dalam rasa benci dihatimu yang kau simpan untuk diriku karena ku telah kecewakanmu. memang kuakui semua salahku yang tak bisa selalu disampingmu,  memberi segenap waktu untuk sekedar bersama luapkan rindu, tapi percayalah melatiq... tiada pernah kuharap ini semua terjadi, runtuhnya jalinan kasih janganlah dengan benci kau akhiri. maafkanlah aku yang percaya kata hati yang dulu mengusikku berhari-hari, entah kebetulan atau isyarat ilahi hingga semua harus berakhir. tiada maksud dihati mengakhiri perasaan yang kita miliki, namun'kupikir ini jalan terbaik bagi kita. merelakan tuk akhiri sebuah hubungan... seorang kawan yang hadir selama ini begitu mendambakan dirimu, tak sanggup rasanya diriku bila hanya mementingkan ego ini, dalam hati kusalut atas ketegaranmu yang jujur mengakui semua itu, entah kejujuran dari perasaan atau mungkin ungkapan pembalasan ketika apa yang kau dambakan tiada mampu aku berikan, namun'... begitu iba rasanya hatiku saat kulihat linangan air matamu, ketika terakhir kita bicara, tiada senyuman tergurat diwajahmu, seiring berjalannya waktu kau dan aku tiada lagi seperti dulu, tapi mengapa seakan kau benci padaku, padahal saat kutatap matamu kurasakan masih ada rasa itu... Rasa yang pernah kita bina dulu meski berakhir tak bhgia, namun'kuharap ada  kata maafmu untuk diriku yang telah sakiti hatimu  MAAFKAN AKU LAGI...       

detik-detik rasulullah menjelang sakharatul maut

Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya.Pagi itu, meski langit telah mulai menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.   Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah,   “Wahai umatku,  kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya.   Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya.Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur’an.Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku.”   Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu.Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca,Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya.Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.   Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.“Rasulullah akan meninggalkan kita semua,”desah hati semua sahabat kala itu.   Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat,tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.   Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup.   Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.   Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.   “Bolehkah saya masuk?” tanyanya.   Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?”   “Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut.   Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang.   “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia.Dialah malakul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa  Jibril tak ikut menyertai.   Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.   “Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?“Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.   “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,”kata jibril.   Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.   “Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” Tanya Jibril lagi.   “Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”   “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah,   aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya,” kata Jibril. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas.Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.   “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.”   Lirih Rasulullah mengaduh.   Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka.   “Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril? “Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.   ” Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik,karena sakit yang tak tertahankan lagi.   “Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.   ” Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi.   Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.   “Uushiikum bis  shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni  orang-orang lemah di antaramu.”   Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan,sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali  mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.   “Ummatii, ummatii, ummatiii?” “Umatku, umatku, umatku”   Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, mampukah kita mencinta sepertinya?   Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wasalim ‘alaihi   *****   Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan kepada sahabat-2 muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencinta kita.   Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.    semoga bermanfaat :)               

ku lepas kau dengan senyuman

Kukenal dia ketika aku semester awal S1 di fakultas Farmasi pada salah satu Universitas Swasta terbesar di Makassar. Nisa (nama samaran) itulah namanya, kesan pertama yg kudapatkan tentangnya. Subhanallah Allah menganugrahkan keelokan padanya dgn mengindahkan rupanya. Nisa gadis yg sangat cantik, kulitnya putih bersih, wajah yg begitu sempurna dgn tahi lalat di matanya. Bola mata yg indah dgn pancaran kecerdasan yg begitu jelas. Dia juga sangat wangi, wangi yg sangat lembut, yg sampai sekarang masih mampu ku ingat. Penampilannya sama dgn teman2 kuliahku, jilbab kecil tipis yg dililit atau dipeniti dgn sangat rapi, dia sangat suka menggunakan jilbab merah dan pink, sangat cocok dgn kulitnya yg putih. Awalnya aku hanya mampu mengaguminya sebagai teman yg cantik dan pintar. Namun aku tak begitu tertarik untuk mengenalnya lebih jauh. Bukannya aku minder, namun pola pikir kami yg kurasa berbeda. Selain itu aku mendengar dari beberapa temanku, kalau Nisa anaknya sombong dan individualis. Padahal kegiatan dikampus terutama di Laboratorium membutuhkan kerja sama dalam tiem dan kelompok. Ada pula yg mengatakan kalau dia sok pinter dan gak mau disaingi. Hal ini yg membuatku agak enggan mengenalnya lebih jauh. Hal lainnya karena aku seorang akhwat, selain dunia kampus, akupun disibukkan dgn amanah dakwah dimana-mana dan juga tarbiyah. Membuat waktuku betul2 terkuras, sehingga kawan yg ku kenalpun hanya mereka yg juga bergelut didunia dakwah yaitu para akhwat-akhwat. Namun aku kemudian merasa ada yg kurang dgn keseharianku, aku merasa dakwah fardiyah pada teman2 yg pada dasarnya ku temui tiap hari sangatlah kurang. Padahal setiap harinya ku mengisi liqo dan membuat ta’lim dgn menghadirkan orang2 yg tak kukenal. Lalu bagaimana mungkin teman2 bahkan sahabatku dikampus tak tersentuh dengan dakwahku. Maka kumulai melirik mereka, membuat kajian jum’at dikampus dan akupun bergabung di BEM fakultasku. Ada yg menarik dalam tiap kajian jumat yg aku adakan. Yah, aku selalu menemukan sosok Nisa di sana. Bahkan terkadang dia datang lebih dulu dari teman-teman yang lain yang notabene akhwat. Satu hal yang ku ingat darinya, dia selalu shalat tepat waktu. Terkadang aku malu, ketika di lab aku kadang begitu antusias melakukan praktikum, sehingga kadang aku mengabaikan azan Dzuhur atau azar, maka Nisa pasti selalu menhampiriku dan membisikkan padaku kalau telah azan lalu mengajakku ke masjid atau ruang shalat di Lab, dan memintaku untuk meletakkan gelas kimia atau pereaksi kimia dari tanganku itu. Nisa, semakin membuatku penasaran. Aku semakin tertarik mengenalnya lebih dekat, Alhamdulillah,,, Allah memberiku kesempatan mengenalnya lebih jauh. Pada suatu semester baru, aku ditempatkan satu kelompok dengan Nisa. Kelompok praktikum untuk matakuliah yang sangat susah dan membutuhkan banyak waktu dalam menyelesaikan laporan dan tugas. Akhirnya kami memutuskan untuk mengerjakan tiap hari tugas itu di rumah Nisa, yang kebetulan mempunyai referensi buku yang lumayan banyak. Jadilah aku tiap hari kerumahnya. Nisa gadis yang sangat bersih, rapi, dan teratur. Aku malu jika membandingkan kamarku dengan kamarnya, hehe.. aku berantakan, dan seenaknya meletakkan barang, tapi Nisa, dia bahkan melipat tiap kantong pelastik di rumahnya dan menyimpannya pada kardus kecil, sangat rapi. Nisa mempunyai seorang kakak laki-laki, itu aku tahu ketika melihat foto keluarga pada bingkai kecil di kamarnya. Nisa tinggal berdua dirumah itu dengan kakaknya, sedangkan orangtuanya tinggal dikampung. Namun ketika ku tanyakan tentang kakaknya, dia terlihat murung, dia Cuma mengatakan kalau kakaknya tidak begitu dekat dengannya. Akupun tak mau terlalu mendesaknya untuk bercerita, aku tak mau membuatnya tak nyaman.. Namun aku cukup terkejut ketika tak sengaja aku melihat belasan botol obat didalam lemarinya, ketika kutanyakan, dia Cuma tersenyum dan mengatakan hanya vitamin biasa. Aku dan Nisa semakin akrab sejak semester itu, dan sejak itu tak jarang dia curhat padaku. Tentang semuanya, tentang teman-temanya yang menganggapnya sombong, tentang keluarganya, tentang pacar-pacarnya, aku termasuk akhwat yang tak suka mendoktrin teman-temanku tentang larangan pacaran, kubiarkan mereka bercerita padaku tentang itu, lalu aku mengikuti tiap perkembangan hubungan mereka, sehingga akupun mendapat kepercayaan mereka, barulah ketika mereka mulai bermasalah dengan pacarnya atau mempertanyakannya pendapatku tentang pacaran, baru aku menyelipkan nasihat-nasihat tentang itu, sehingga obrolan yang pada dasarnya nasihat itu lebih berkesan diskusi atau curhat buat mereka dan aku tak sok menggurui, dan tak sedikit akhirnya temanku memutuskan pacarnya dengan trik seperti ini hehe.. tapi ini rahasia yah.. Hingga suatu hari, pada awal semester baru lagi, aku dan Nisa sepakat untuk memprogram mata kuliah yang semester lalu belum kami ambil, jadinya kami berdua harus kuliah denga yunior. Kuliahpun kami pilih hari sabtu pagi sebelum kuliah bahasa arab, hari yang bebas parktikum untuk kelas kami. Nisa punya kebiasaan untuk janjian denganku pada malam sabtunya lewat sms, dia akan menanyakan apakah aku akan ikut kuliah besok? Jika tidak diapun malas untuk datang… hemm kebiasaan buruk, tapi juga wajar, mana ada yang betah kuliah dengan yunior.. Suatu pagi dihari sabtu, selepas kami kuliah, sambil menunggu dosen dan teman-teman yang belum datang, kuliah berikutnya yaitu bahasa arab, aku duduk berdua dengan Nisa di depan kelas. Ruang kuliah sangat sepi, hanya ada aku dan Nisa yang datang cepat karena ada kuliah pagi. Waktu itu langit sangat mendung, bahkan gelap, pertanda hujan deras akan segera mengguyur kota Makassar siang itu. Ada yang berbeda dari Nisa yang biasanya ceria, pagi itu dia diam dan sedikit murung, matanya sembab sangat jelas dia baru saja menangis. Aku lalu bertanya padanya ada apa? Dia hanya diam, dan menggeleng, akupun mendesaknya untuk bercerita. Hingga akhirnya dia lalu menyingkap roknya dan memperlihatkan betisnya. Yaa Allah,,, aku terkejut, begitu banyak memar di betisnya, lalu dia memperlihatkan lengannya, kulit putihnya kini berhiaskan lebam-lebam biru kehijauan. Ada apa denganmu teman? Dia lalu bercerita, kalau sejak kecil dia menderita Epilepsi (ayan), jika penyakitnya kumat, kepalanya seakan dialiri jutaan watt listrik, begitu sakit sehingga jika dia tak tahan sakitnya, diapun kejang-kejang tak sadarkan diri, di beru saja tadi pagi kambuh di kamar mandi ketika sedang mencuci, beruntung kakaknya masih di rumah, sehingga dia segera tertolong. Semua badanya lebam dan memar karena terbentur tembok dan barang-barang saat kejang-kejang. Dia bercerita sambil menangis, dia harus menelan puluhan tablet penenang tiap harinya, yang jika terlambat sedikit saja dia konsumsi, akan membuat penyakit epilepsinya kambuh. Selain itu, tekanan dan kecapaianpun dapat menyebabkannya kumat. Dia malu jika penyakitnya kambuh ditengah banyak orang, bagaimana jika auratnya terbuka ketika dia tak sadarkan diri ketika kejang, dan itu telah sering terjadi. Dia lelah, kadang dia mempertanyakan kepada Allah, kenapa mesti dia yang mengalaminya, dia punya banyak cita-cita, ingin mempunyai apotek, ingin bekerja di Balai POM, dia ingin segera menikah dan punya anak. Namun ketika ia menyadari Epilepsi yang dideritanya dapat merenggut nyawanya kapan saja, dia lalu menangis dan sangat sedih. Lalu kembali pertanyaan itu hadir, kenapa harus dia? Kenapa bukan orang-orang yang selama hidupnya hanya berbuat sia-sia dengan maksiat? Kenapa bukan orang yang tak menghargai hidupnya yang selalu ingin bunuh diri hanya dengan masalah picisan? Aku ingin lebih baik, masih banyak hal yang ingin aku capai. Dia mengatakan padaku satu hal yang tak akan pernah kulupakan. “Aztri, kamu tahu? Kenapa selama ini begitu masuk azan, aku akan bergegas shalat, karena aku takut, jika aku menunda shalatku, lalu kemudian ternyata Allah membuat penyakitku kumat, dan lalu aku mati sebelum menunaikan shalat. Penyakitku pisa kambuh kapan saja, itu berarti aku dapat diambilNya kapan saja” katanya dengan isak tangis. Sungguh, pemikiran yang sederhana, namun mampu menghempaskanku ke titik nol. Aku yang begitu paham makna takdir dan ajal, namun tak pernah memikirkan dengan begitu nyata. Aku kadang berfikir Ajalku masih sangat jauh, bahkan kadang tanpa aku sadari aku merasa hanya orang lain yang akan mengalami kematian. Bukan, bukannya aku tak percaya ajal, tapi ada kalanya kita begitu tenggelam dengan dunia sehingga kemudian melupakan tamu yang dapat datang kapan saja itu.. ajal… kematian.. Lalu Nisa pun mengatakan padaku, “Aztri, aku takut mati, aku takut tak mampu mempertanggung jawabkan perbuatanku selama hidup ini. Apa yang harus kukatakan pada Allah nanti. Aku mau mati dalam keadaan terbaikku, tapi bagaimana jika penyakitku kumat di kamar mandi, seperti tadi pagi? Aku tak mau mati di kamar mandi, tempat yang kotor, bagaimana jika aku dalam keadaan aurat yang terbuka, aku malu menemui Allah dengan keadaan seperti itu. Bagaimana jika Allah mengambilku ketika aku serangan dan aku tak mampu menyebut namanya karena dalam keadaan tak sadar? Aku tak mampu menahan air mataku, akupun ikut menangis. Baru kali itu aku merasa kematian begitu dekatnya. Tanpa sadar dalam hati aku berdoa “Ya Rabb, penguasa Alam semesta, barilah akhir yang baik pada kami..” Sejak itu aku semakin dekat dengan Nisa, dia pun mulai mengikuti tarbiyah, dia mulai memanjangkan jilbabnya, yang tadinya dia lilit, kini dia mulai menutupkan ke dadanya. Kemana-mana aku bersamanya. Teman-temanpun heran melihatnya, bagaimana mungkin aku bisa tiba-tiba akrab dengannya. Pada suatu sabtu pagi, aku ke kampus seperti biasa, hari ini ada kuliah dengan Nisa, namun yang aku herankan, sejak semalam aku menunggu sms Nisa, tapi tak ada satupun, akupun meng smsnya apa dia mau kuliah atau tidak, namun smsku pun tak dibalas sejak subuh. Aku piker mungkin pulsanya habis. Sesampaiku di kampus, aku baru tahu kalu sabtu itu ada wisuda, jadi semua kegiatan perkuliahan di tiadakan. Aku mencari Nisa ke mana-mana, dari kelas ke kelas, ku tanyak pada teman-teman apa ada yang melihatnya. Namun tak satupun yang melihatnya pagi itu. Aku lalu berfikir mungkin dia sudah tahu hari ini kuliah diliburkan maka dia tak datang kekampus. Aku pun pulang tanpa memikirkannya lagi. Namun pada pukul 10 malam. tepatnya malam ahad, ketika aku sedang berkumpul dengan keluargaku, tiba-tiba telpon pun bordering, aku mengangkatnya tanpa prasangka apa-apa. Namun ternyata yang menelpon adalah temen kuliahku, dia memberitakan berita yang seketika mampu melemaskan semua persendianku.. Nisa meninggal dunia, entah jam berapa, namun mayatnya baru ditemukan tadi jam 09.00 malam dalam keadaan kaku dan membiru, tertelungkup di kamarnya. Seolah aku tak berpijak di bumi, langit di atasku seolah runtuh. Selanjutnya aku langsung menuju kerumahnya ku tahan air mataku seolah ini hanya berita bohong, aku masih berharap menemukan Nisa di rumahnya dan menyambutku di depan pintu dengan senyuman seperti biasa. Namun sesampiku di sana, lorong ke rumahnya telah penuh dengan kerumunan warga setempat, raungan serine ambulans sejak tadi terdengar. Ku singkap kerumunan, orang-orang yang mengenalku dekat dengan Nisa segera memberiku jalan, bergegas ku ke ambulansnya, dan kutemukan sosok yang sangat kusayangi, sahabatku Nisa dalam balutan selimut, tubuhnya kaku dengan posisi tak biasa, wajahnya telah membiru dan bengkak. Allah, apa yang dia khawatirkan terjadi. Nisa sahabatku, ada apa denganmu? Kenapa jadi begini? Badanku tiba-tiba limbung di depan pintu ambulans, sebuah tangan menangkapku sambil membisikkan istighfar ke telingaku, ternyata dia salah seorang akhwat temanku dikampus. Dibimbingnya aku ke kamar Nisa, ku dapati kamarnya berantakan tak rapi seprti biasa, kertas berhamburan dimana-mana, obat-obatnya berserakan dimana-mana. Salah seorang temanku menceritakan padaku. Nisa baru ditemukan kakaknya tadi ketika dia pulang pukul 09.00 malam, tak ada yang tahu pukul berapa Nisa meninggal namun jika melihat kondisi kamarnya, dimana lampu yang masih menyala dan tirai yang masih tertutup, kemungkinan dia meninggal kemarin malam, hari itu dia sendiri di rumah, tak ada yang menemaninya. Barulah ketika kakaknya pulang pukul 09.00 malam dia menelpon dan HPnya berbunyi di kamarnya, tapi Nisa tak mengangkatnya. Dan di temukan Nisa telah kaku dan membiru.. Yaa Allah… bagaimana mungkin secepat ini, sempatkah ia menyebut namaMu? Betapa sakitnya sakaratul maut yang ia rasakan, dan dia menghadapinya sendiri, Rabb adakah namaMu dia ucapkan? Baru saja kurasa mengenalnya, baru saja dia mengatakan ingin mengenal islam lebih jauh, beru kemarin ku rasa dia mengatakan ingin menggunakan jilbab lebar sepertiku. Masih dapat ku ingat dengan jelas ketika aku bermain ke rumahnya, dia minta aku meminjamkan jilbab hitam lebar yang aku gunakan saat itu sebentar saja. Dia memakainya berdiri di depan cermin dengan senyuman yang sangat manis, Nisa begitu cantik dengan jilbab lebar yang aku pinjamkan padanya. Lalu dia memperagakan wajah malu-malu katanya jika ada ikhwan yang mengkhitbahnya, dia akan mengangguk malu seperti ini. Aku tertawa terpingkal-pingkal saat itu, namun sekarang ketika mengingatnya malah yang kurasakan perih yang amat sangat, di sini, di hatiku.. Teman membisikkan kalau ambulans yang mengantar jenazah menuju ke kampung halamanya akan segera berangkat, Nisa akan dikebumikan di kampungnya, kami pun berkumpul di sekitar ambulans mengantar kepergian Nisa. Melihatnya untuk terakhir kalinya, Serine segera menggelgar, memecah keheningan malam saat itu, Ambulans yang berisi jasad Nisa terlah pergi, Nisa tak ada lagi, namun di sini di hati ini dia tetap ada, Semangat hidupnya menjadi kakuatanku, Nisa sahabatku yang cantik, selamat jalan. Sampaikan salamku pada Rabb kita, Aku yakin niatmu yang tulus telah terukir dengan indah di buku amalanmu. Tersenyumlah kawan, kau begitu cantik dengan senyummu.. Tunggu aku, akupun pasti akan menyusulmu, di sana di JannahNya.. pergilah.. Kulepas kau dengan ikhlas.. Dengan Senyum..

bersamamu aku tak ingin terluka

"..tangisan itu ada dan lelaki tetaplah sosok berperasa. Hanya saja, ia lebih berani untuk tidak membulirkan air matanya di hadapan kalian. Kerapkali tetesan bening itu tersembunyi di balik raut mukanya. Kerapkali, air mata itu tertumpah di sepertiga malam terakhir saat sujud di hadapan ar-rahman..." *** Sepertinya pena kami tak akan jemu menulis hal-hal yang berkaitan dengan kaum kalian, wahai wanita. Kami harap kalian pun tak akan jemu menelusuri kalimat-kalimat kami. Dengan apa yang akan kami bicarakan, kami tak berharap agar kalian menjadi sosok yang sempurna. Tetapi, dengan anugerah Allah yang ada pada kalian, kami begitu ingin agar kalian mendekati kesempurnaan itu. >>Malam Itu Pernah suatu malam, kami menghadiri acara makan malam sebuah keluarga. Makanan istimewa tengah terhidang di meja makan. Ini adalah suasana penuh kehangatan dan canda. Tiba-tiba seorang wanita berteriak memarahi seorang laki-laki yang merupakan suaminya. Suara wanita itu bernada tinggi dan lebih tepatnya disebut sebagai bentakan. Hanya karena kekeliruan yang amat sepele, wanita itu mempermalukan dan mencaci suaminya habis-habisan. Begitu kasihan sang suami. Di hadapan kami sebagai tamu, ia mendapat “menu istimewa”. Bukan panah asmara yang tertancap lembut di hatinya tetapi sebuah tusukan jarum panas, tajam nan pedas. Oleh sang istri, bukan sekali atau dua kali ia dipermalukan tapi begitu sering. Walaupun episode pernikahan kami belum menapaki jenjang pernikahan, kami bisa merasakan sakitnya hati yang tersayat lisan-lisan berduri tajam seperti itu. Ah, bagitu sedih terasa. Inikah yang dinamakan kesetiaan cinta seorang istri? Inikah yang dinamakan ketaatan kepada suami? Dimanakah dawai-dawai cinta yang terdengar syahdu di awal-awal pernikahan itu? Wahai wanita, kenapa lisan-lisan kalian kerap kali menjelma menjadi silet tajam yang mengiris dan mencabik hati? Wanita manakah yang kalian teladani dalam adegan seperti ini? Apakah kalian meneladani Khadijah bintu Khuwailid? Oh tidak, tidak. Khadijah tidaklah seperti itu. Dia adalah wanita teladan sepanjang masa yang mencontohkan ketaatan yang luar biasa apiknya. Dia adalah wanita yang menjadi sandaran hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan bukan wanita yang menyayatkan hati. Apakah kalian meneladani istri Ayyub ‘alaihissalam? Oh tidak, tidak. Istri Ayyub 'alaihissalam tidaklah seperti itu. Seperti Ayyub ‘alaihissalam, dia adalah salah satu lambang wanita penyabar yang begitu mengesankan hati, bukan mengirisnya. Bertahun-tahun, ia menemani Ayyub ‘alaihissalam melewati episode-episode penuh ujian. >>Sinetron yang Tertuduh Nampaknya sinetron adalah salah satu tertuduh utama yang menjadikan kalian berlidah tajam. Artis-artis wanita yang melakoni sejuta dusta kerapkali “meneladankan” wanita-wanita yang bermulut kasar, mencaci-maki suami mereka sepuas-puasnya, terlebih di depan anak-anak. Apa yang diharapkan dari adegan buruk itu? >>Dialah Pangeranmu Lihatlah lelaki yang merupakan suami kalian itu. Ia tak bisa terlelap sebelum kalian nyenyak di malam hari. Ia keluar rumah dengan semangat untuk melawan asa hidup. Ia mencari nafkah dan berterik mentari di arena kehidupan. Dahulu, bukankah ia yang engkau damba menjadi pangeran di istana hatimu? Dengan kejantanannya, bukankah ia yang datang melamarmu agar engkau terselamatkan dari zina? Bukankah dia yang menyuapimu nasi dengan tangannya? Bukankah dia yang mencumbumu dengan mesra nan penuh kasih? Lantas kenapa mulut-mulut kalian begitu mudahnya menyemburkan lisan api yang membakar hatinya? Kenapa lisan kalian begitu semena-menanya menancapkan busur-busur tajam yang mengetuk pintu air matanya? >>Dengarlah Tangisannya Tahukah engkau wahai wanita, tangisan itu ada dan lelaki tetaplah sosok berperasa. Hanya saja, ia lebih berani untuk tidak membulirkan air matanya di hadapan kalian. Kerapkali tetesan bening itu tersembunyi di balik raut mukanya. Kerapkali, air mata itu tertumpah di sepertiga malam terakhir saat sujud di hadapan ar-rahman. Tak jarang pula air matanya menjelma menjadi keringat yang membasahi pakaiannya saat berterik mentari demi mencari rizki Allah. Itu semuanya demi kebahagiaan kalian. >>Retak-retak Rumah Tangga Wahai wanita yang kami muliakan. Begitu sering terdengar bahwa lidah itu tak bertulang. Begitu sering terbaca bahwa wanita tidak dibenarkan menyakiti hati suaminya. Lantas apa yang membuat kalian bicara dengan begitu kasarnya, ceplas-ceplos, seolah-olah kalianlah sang raja, seolah-olah kalianlah kepala rumah tangga? Lihatlah di luar sana, lisan-lisan kalian telah menghacurkan biduk rumah tangga, melubangi bahtera cinta hingga kandas tak sampai tujuan. Betapa banyak kasus perceraian di era modern ini yang bermoduskan ketajaman lisan kalian. >>Ungkapan dan Nasehat Ukhti yang kami muliakan, tidak ada teladan kalian yang lebih mendekatkan kalian ke surga Allah selain mereka yang mengadegankan sejuta kebaikan. Merekalah wanita-wanita yang telah dikisahkan tinta-tinta sejarah. Temui dan teladanilah mereka yang ada dalam kitab/buku-buku yang banyak membicarakan tentang mereka. Dan kami pun sedang menyusun naskah buku khusus kalian. Ukhti, olehmu, biasakanlah berdzikir pagi dan sore seperti apa yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ada banyak manfaat. Salah satunya agar kalian tak berlidah tajam, membiasakan kalian agar meluncurkan kata-kata yang terdengar apik oleh telinga. Tahanlah lisan kalian agar tak berduri hingga menusuk siapapun yang mendengarnya, terlebih di hadapan suami kalian yang merupakan jejak-jejak menuju surga. Ukhtii. Menutup catatan ini, jujur kami akui, sebagai calon nahkoda dalam bahtera pernikahan, kami akan berpikir seratus kali untuk mengajak wanita berlidah tajam sebagai permaisuri hati. Kelak, kami tak ingin bahtera itu kandas dan tenggelam sebelum berlabuh syahdu di surga. Kami tak ingin mengambil resiko dengan menikahi wanita tipe ini. Akankah anak-anak kami mewarisi lisan tajam ibunya? Tidak, tidak, karena “bersamamu, aku tak ingin terluka.”semoga bermanfaat sahabat....salam santun n ukhuwah islamiyah :)

marhaban yaa ramadhan

Duhai Kekasihku … Aku hanyalah insan lemah... Yang sering berbuat dosa... Pun sering menyesalinya... Namun slalu terulang lagi...   Duhai Kekasihku … Jikalau kami masih menyiakan waktu... Jika segunung dosa masih membumbung... Adakah ampunanMu kan menyambut? Tuk menghadirkan cahaya kerinduan...   Duhai Kekasihku … Ingin kuterbang tinggi... Namun satu sayap tak kan mampu menapaki... Adakah sayap lain kan mengantarku.... Menggapai RidhoMu nan hakiki.....   Duhai Kekasihku … Biarlah diRamadhan ini masih kusendiri.... Sekiranya ku masih diberi kesempatan.... Menyempurnakan doa yang tertunda.... Sampai tiba waktunya tuk melabuhkan hatiku.... salam santun.....

untukmu saudari-saudariku muslimah

Jika kukatakan ini seruan, rasanya suara ini terlalu lemah. Jika kukatakan ini dakwah, sepertinya kalian malas untuk mendengarnya, biar kusederhanakan saja, ini adalah sentuhan.. Sentuhan dari hatiku yang terdalam, Sapaan dari hati kami, para ikhwan yang mengagumi keindahan...Semoga Allah melembutkan hati, wahai calon bidadari yang dirahmati.. Wahai calon-calon istri shalehah kebanggaan Islam.. Wahai kaum hawa yang di dadanya tumbuh tunas-tunas Iman.. Wahai muslimah yang hatinya bersenandung kerinduan, kerinduan untuk kembali ke kampung halaman, tempat Adam dan Istrinya Hawa dimuliakan dalam hijab kedamaian,, Damai..Damailah wahai dawai hati, jangan engkau ingkari atau berkata enggan kembali karena pasti.. yah, pasti kalian akan kembali. Sungguh bait sederhana ini kutulis dari irisan hati, menanti, menanti engkau kembali, wahai ukhty.. Seruan ini kutulis dari hatiku, biarkan syair kecil ini mengenalimu, menyapamu, dan menggetarkan hati yang beku Tentu saja, Kami tidak mengajak wanita-wanita pembangkang yang menolak cahaya agung Al Islam Kami tidak menyeru penghuni biara-biara kesesatan, atau wanita-wanita malam metropolitan.. Kami tidak menyeru kepada hati yang keras membatu, dan Allah mengunci mati pintu hati itu.. Seruan ini untukmu, yang masih mendengar..Kami tidak menyeru kepada mereka yang biasa tertawa saat seruan berhijab datang.. Biarkan saja mereka terus dilanda gelisah!Hingga azab Allah mematahkan harapannya..Semoga Hidayah Allah segera menyapanya.. Aku menyeru dengan kelembutan, Hanya kepada hati-hati yang lembut.. Mencoba merayu dari sudut bisu, Mengintip celah hidayah diantara hati hati yang resah,Sebelum keresahan itu pecah menjadi amarah. Aku percaya hatimu lembut, Selembut tutur bahasa, seteduh indah tatapan.. Aku pun tahu kalian sebenarnya iri..yah, kalian begitu iri..  Kalian iri, terpesona saat melihat hamba Allah lain bersahaja dengan jilbabnya, Istiqamah dan di manja dengan kerudungnya..Begitu mempesonakan mata dengan kesuciannya. Jujurlah bahwa kalian gelisah..Kami pun paham, betapa beratnya harga yang harus kalian tukar..Memilih istiqamah saat semua mencela..Menjadi baik saat kebaikan jadi bahan tertawaan. Tapi, jangan berdusta..Jangan katakan aku belum siap!Jangan sekali-kali berkata dengan manja"Aku ingin kerudungi hatiku dulu..' Aku bosan dengan kata-kata itu!Kami jengah dengan kata-kata itu!Saudariku, jangan hiasi bibirmu dengan kemunafikan Jika seorang shaleh mencintaimu karena Allah, Maka ia pun akan membencimu karena Allah.. Tunggu.. Tunggu sebentar, jangan berhenti, Coba renungkanlah sejenak wahai keindahan..Sebentar saja, bayangkan.. Bayangkan dirimu yang cantik itu sedang berdiri gemetardi bibir jurang neraka.. Apakah kalian mengira malaikat jabanniyyah akan tergoda, Mengurungkan niatnya untuk melemparmu kesana? Apakah kalian mengira lembar demi lembaran rambut kalian itu akan lepas dari jilatan api neraka yang menyala-nyala.. Apakah kalian mengira seindah leher yang kalian pertontonkan kepada kami itu akan kebal dengan api neraka.. Apakah kalian kira seindah lengan yang selalu cocok dengan segala mode itu akan tahan panas api neraka.. Apakah kalian kira betis indah kalian itu akan lepas dari jeratan panasnya api neraka... Ingatlah tentang malaikat-malaikat pencatat yang setiap saat teliti dan menulis setiap dosa-dosa yang terlupakan itu..Saat kalian tak sadar aurat itu kami lihat? Lupakanlah, neraka itu..Jika kalian bosan mendengarnya.Lupakan saja, seperti orang-orang kafir yang melupakannya..  Sesungguhnya kami sangat takut..Apakah kalian tidak kasihan kepada kami ? Renungkanlah pertanyaan kami, apakah kalian benar-benar ingin mengajak kami ke neraka seperti pekerjaan harian iblis-iblis terlaknat itu? Apakah kalian tidak sadar,..Dengan mengumbar bagian bagian tubuh kalian itu..Kalian telah membantu iblis mengikis habis iman kami, menggoyah-goyahkan pilar-pilar Iman kami, bahkan meruntuhkannya. Astaghfirullaah.. Apakah kalian tidak takut lagi Neraka? Subhanallah..Aku takut mendengarnya,  Maafkan aku... saudariku... Maafkan sekali lagi, Sungguh aku membenci dirimu, diriku dan semua orang yang bergelimang dalam kesalahan. Yang hanya bisa mencibir saat kebenaran itu diperdengarkan.. Tidak ada hitam di hatiku,, aku hanya ingin menyentuh hatimu dan membisikan sekali lagi Siksa neraka itu berat saudariku.. Aku ingin kalian pahami, bahwa kami ini sesungguhnya sangatlah lemah, Kami sangat teramat lemah.. Hati kami bisa gemetar saat kalian lewat di depan kami, Hati kami kadang gemetar hanya mendengar suara tawa kalian, Kadang berdebar hebat saat bayangan keindahan itu melintasi benak kami, Kami jujur, kami kadang membayangkannya berulang-ulang..Bahkan mengganggu sholat kami.... Apalagi saat bentuk tubuh kalian itu sengaja disuguhkan dengan berbagai tatanan. Kami pasti tidak bisa berkata-kata.  Yah, begitulah kami..kalian pasti senang, mendengarnya..  Atau kalian sedang membisikan sesuatu ?? Iyah kalian pasti ingin menyalahkan kami, Kalian tidak salah, kalian adalah mahkota-mahkota terindah di bumi ini,  Kudengar kalian juga calon calon bidadari penghuni syurga, Bahkan kudengar bidadari syurgapun iri kepadamu.. Aku ingin kalian menjadi bidadari itu, Tapi ingatlah bahwa di syurga itu bersih, Disana tidak ada bibir-bibir kotor yang pintar bersilat lidah saat perintah datang.. Jangan berkata Kuingin Jilbabi hatiku dulu, Karena hatimu tidak akan menggoda kami yang lemah ini.. Saudariku, Hati kalian adalah urusan kalian..Urusanmu dengan RABBmu... Katakan saja sesukamu, Katakan ku ingin jilbabi hatiku dulu.. Teruslah katakan begitu, Jika kalian benar..  Hiasi dulu indah wajahmu dengan jilbab yang baik, Semoga setelah auratmu terlindungi hidayah akan menemuimu disaat hatimu mulai teduh.. Semoga kata-kata pedas ini menyentuhmu, Maafkan aku atas sesuatu yang menyayatmu, Semoga tetesan darah dari luka itu kelak menjadi saksi di akhirat.. BAHWA HARI INI ADALAH PERUBAHAN! Ini harus kami katakan, berulang..Karena kami merindukan kalian; wahai wanita-wanita sholehah... Kami merindukan kalian.. Jaga kehormatan dan kemuliaan kalian, Jangan jadikan anugerah kecantikan itu menjadi fitnah.   Semoga Allah melembutkan hatimu,Semoga ini tidak melukai hatimu wahai saudariku, Jika ada darah yang menetas disudut hatimu yang syahdu, Silahkan persalahkan kami, cacilah tulisan ini..Semoga engkau mengingatnya lebih lama... Agar hatimu tetap hangat, agar hati itu tidak mati sebelum tiba kematian sesungguhnya.. Agar kalian tidak lupa, bahwa waktu demi waktu..Menit demi menit.. jam demi jam, hari demi hari dan.. tahun demi tahun...saat kalian lupa atas jilbab kalian, ada dua malaikat pencatat yang tidak pernah lupa mencatat dosa yang kalian tebarkan. Ketahuilah, Malaikat jabaniyyah itu tidaklah ramah saudariku, api neraka tidak akan basa-basi... Tentu kumengerti hati itu sakit saat ini, dan air garam hanya akan terasa sakit di atas kulit yang terdapat luka. Air garam hanya akan menyayat kulit yang berpenyakit, Air garam tidak akan terasa sakit di kulit yang sehat...Sederhana, hati itu memang tidak sehat Alias sakit... Sungguh saudariku, Inilah hukum Allah, Kewajiban itu bukan paksaan, Ia hanya sebuah pengkondisian, agar engkau menemui kenikmatan.. Ingatlah wahai saudari - saudariku tercinta, Bahwasannya, jika Allah ta'ala menjadikan Islam itu Mudah, Tidak berarti hal Wajib bisa menjadi Sunnah... Jika berjilbab itu wajib,.Itu adalah sebuah ketetapan yang harus diterima, dan bagi siapa saja yang enggan, Dosa tetap ditulis..Hari demi hari.. Ku yakin tidak ada hati yang menolak, Meski kenyataan bibir akan menolak dengan seribu alasan.. "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata"(Al Ahzab 36)... Tutuplah auratmu, sebelum kain kafan memaksamu untuk menutupinya.. Bagimu yang telah berjilbab, Berbahagialah dengan keteduhannya, Semoga keistiqamahan menyertaimu saudariku.. "Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar" (Al Ahzab 35)...   Semoga bermanfaat dan dapat diambil Hikmahnya, salam santun n ukhuwah selalu...   #BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#